oleh: Deo Denisa (@deodns)
Awal perkenalan saya dengan Guruh Gipsy bisa saja klise karena melalui sebuah adegan di film Garasi. Adegan di toko rekaman musik yang menjadi pertemuan antara Gaia dan Aga tentang siapa yang lebih berhak atas sebuah kaset Guruh Gipsy. Penasaran dengan kehadiran kaset Guruh Gipsy di adegan tersebut, akhirnya saya mencoba menelusuri melalui internet dan mendengarkan beberapa cuplikan lagunya. Hasilnya, 10 menit pertama alunan aransemen Guruh Gipsy berhasil menghipnotis saya.
Guruh Gipsy adalah sebuah grup musik yang dibentuk oleh Guruh Soekarno Putra dengan grup band rock Gypsy pada tahun 1975. Denny Sakrie, salah satu pengamat musik Indonesia pernah mengatakan bahwa Guruh Gipsy telah menjadi salah satu pilar kebangkitan musik Indonesia. Bahkan musisi Erwin Gutawa pernah berkomentar bahwa Guruh itu hebat, tapi banyak kisah menakjubkan tentang dia yang terlewatkan oleh media massa.
Guruh Gipsy diawaki oleh Keenan Nasution (drums, vokal), Odink Nasution (gitar), Gaury Nasution (gitar), Ronny Harahap (piano, keyboard, vokal, aransemen musik), Chrisye (bass, vokal), Abadi Soesman (moog synthesizer) bersama Guruh (pengarang semua lagu).
Mungkin kita hanya tahu salah satu lagu karya Guruh seperti ‘Gita Cinta’. Tapi Guruh, adalah pencipta lagu yang fokus terhadap khazanah kebudayaan Indonesia. Karyanya menceritakan tentang Indonesia baik dari sisi keindahan maupun kesedihan.

Guruh Gipsy diawaki oleh Guruh Soekarno Putra (penulis lagu), Keenan Nasution (drums, vokal), Odink Nasution (gitar), Gaury Nasution (gitar), Ronny Harahap (piano, keyboard, vokal, aransemen musik), Chrisye (bass, vokal), Abadi Soesman (moog synthesizer). (sumber foto: Denny Sakrie)
Mereka pun memulai pengerjaan album Guruh Gipsy di bulan Juli 1975 dengan melibatkan beberapa musisi terhormat antara lain Hutauruk Sisters (Berlian, Tarida, Bornok, Rugun), para pemusik tradisional Bali pimpinan I Gusti Kompyang Raka dan Trisuci Kamal (piano klasik).
Hasil dari proses produksi ini yang memakan waktu sekitar 16 bulan, akhirnya melahirkan album bernuansa

Rekaman kaset pita Guruh Gipsy yang dirilis di tahun 1977. (Sumber: ProgNotFrog)
Daftar repertoar album Guruh Gipsy
Indonesia Maharddhika– 15:38 (Syair/Lagu: Guruh + Ronny)
Chopin Larung – 7:15 (Lagu/Syair: Guruh Soekarno Putra)
Barong Gundah– 6:55 (Lagu/Syair: Guruh Soekarno Putra)
Janger 1897 Saka – 3:29 (Lagu/Syair: Guruh Soekarno Putra)
Geger Gelgel – 5:23 (Syair/Lagu: Guruh Soekarno Putra)
Smaradhana – 2:24 (Syair/Lagu: Guruh Soekarno Putra)
Lagu Tambahan:
Sekar Ginotan – 6:31 ( I Wayan Lotring)
Sisi modernitas dengan segala gemerlap westernisasi dari aransemen yang ditampilkan Guruh Gipsy di album ini terbukti sukses memadukan sisi khazanah musik Indonesia yang merupakan identitas bangsa ini. Sampul album Guruh Gipsy pun menjadi bukti otentik bagaimana Guruh Gipsy mampu menampilkan kedua sisi tersebut.
Tampilan sampul dengan kaligrafi Dasabayu yang berupa rangkaian 10 aksara Bali dengan arti dan makna tertentu pula. Yaitu
Mitosnya, kombinasi ke 10 aksara itu di zaman dahulu kala oleh orang Bali diyakini memberikan tuah. Dan gabungan aksara Bali itu sepenuhnya diterjemahkan sebagai suatu keadaan hampa atau kosong yang nantinya akan berubah menjadi kebenaran yang hakiki. Mungkin kita sepakat, jika menelaah lebih jauh, album Guruh Gipsy adalah sebuah mahakarya. Sebuah karya yang menyita banyak pikiran, tenaga dan pengorbanan dalam musikalitas dan demi identitas bangsa Indonesia.
Persoalan kritik sosial juga menjadi sebuah tema dalam Chopin Larung yang mengkritik modernisasi yang melindas kebudayaan Indonesia lewat liriknya yang dikiaskan kepada Frederych Franciszek Chopin, komponis asal Polandia:
Sang jukung
Nanging Chopin nenten ngugu, kadangipun ngarusak seni budaya
(Perahu
Namun Chopin tiada memahami bangsanya merusak seni budaya)
Pesona album Guruh Gipsy ini memuaskan dahaga telinga para penggemar musik

Piringan hitam Guruh Gipsy yang dirilis tanpa izin oleh label rekaman dari Jerman, Shadoks Records di tahun 2006. (sumber foto: Denny Sakrie)
Menyikapi persoalan nilai komersial terkait penjualan album Guruh Gipsy yang kurang ‘menjual’, Guruh Soekano Putra pernah berkata:
“Boleh jadi
lagu-lagu tersebut agak berat dicernakan oleh umum. Lalu apa sesungguhnya yang terkandung dalamhati-sanubari kami? Terutama sekali, kami ingin menghasilkan suatu karya sebaik mungkin yang dapat mengajak parapemuda-pemudi kita untuk lebih memperhatikan kesenian dalam negeri. Untuk itu kami tetap teguh pada keyakinan kami dan sengaja melupakan beberapa segi komersil. Musik ciptaan itulah yang kami harap perlu dikaji.”
Guruh Gipsy telah bubar meninggalkan jejak rekam album Guruh Gipsy yang ambisius dan tidak pretensius. Semangat menampilkan khazanah musik